Thursday, June 1, 2017

Indonesia, 1 Juni 2017



Sebagai seseorang yang lahir dari latar belakang etnis yang beragam, saya seringkali dibingungkan oleh orang-orang dengan tingkat toleransi rendah. Apalagi para chauvinis. "Etnis saya yang lebih baik" "Saya hanya mau menikah dengan orang bersuku X karena itu suku saya" "Jangan berteman dengan orang beragama Y, mereka tidak percaya konsep Ketuhanan Yang Maha Esa." Kalimat-kalimat semacam ini tidak pernah masuk logika saya.
 
Ibu saya keturunan Palembang-Manado-Jawa, ayah saya Lampung-Cina. Sejak SMP, saya bersahabat dengan orang-orang yang beragama Islam, Katolik, Buddha dan Kristen dari etnis Pribumi dan Tionghoa. Selama hamper 26 tahun saya hidup, tidak pernah sekalipun keluarga serta sahabat saya mempermasalahkan ataupun berkonflik karena latar belakang etnis maupun agama yang berbeda. Ketika Anda tumbuh besar dikelilingi dengan 'perbedaan', 'perbedaan' tersebut tidak akan terasa sebagai 'perbedaan', karena Anda menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang wajar dan bukan suatu 'keanehan.' Dan saya yakin karena inilah Pancasila dibentuk dan dijadikan sebagai dasar negara.

Pancasila itu saling meghargai.

#SayaIndonesia. #SayaPancasila.